Daftar Blog Saya

Senin, 15 November 2010

PERANAN STAKEHOLDERS

TUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Sebutkan beberapa stakeholders dan peranan yang dapat dilakukan oleh stakeholders tersebut dalam masalah penyakit dibawah ini :
1. Malaria
2. PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

Peranan Stakeholder dalam Pemberantasan Penyakit Malaria dan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Diseminasi adalah Penyebarluasan informasi surveilans kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders), agar dapat dilakukan action secara cepat dan tepat. Penyakit malaria dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi membutuhkan program-program untuk pencegahan dan pemberantasan. dalam pelaksanaan program ini dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak. maka pelaksanaan program ini memerlukan diseminasi terhadap berbagai stakeholder terkait.
Stakeholder adalah orang-orang dan atau badan yang berkepentingan atau terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan
Stakeholders dalam sistem kesehatan ada 2 jenis :
1. Stakeholders aktif :
Stakeholders yang bisa menjadi stakeholder kunci. Stakeholders ini pada umumnya yang mempunyai kewenangan resmi spt Depkes, Dinkes dll
2. Stakeholders pasif :
Stakeholders yang bisa disebut stakeholder pendukung. Biasanya kelompok ini sebagai kelompok target dari implementasi sistem kesehatan. Contoh kelompok ini masyarakat publik dan swasta. Pada umumnya tidak memiliki kewenangan resmi. Stakeholder ini bisa saja mendekati stakeholders aktif jika memiliki importance dan influence (pengaruh) untuk mendapatkan legitimate (pengakuan) dari stakeholders yang ada.
Peranan Stakeholder dalam Pemberantasan Penyakit Malaria
1. Dinas Kesehatan
• Advokasi lintas sektor penanggulangan malaria tingkat Pemerintah Daerah dan koordinasi lintas batas antar dinas kesehatan kabupaten.
• Melakukan kerja sama dengan berbagai dinas yang terkait dengan penanganan penyakit malaria sehingga pencegahan malaria bisa lebih efektif.
• Melakukan pemantauan secara lebih intensif agar tidak terjadi wabah maupun daerah endemis malaria di daerah tersebut.
• Melakukan sosialisasi kepada warga tentang Malaria dan cara pencegahannya yaitu dengan penggunaan kelambu dan insektidsida
• Memberdayakan pada petugas kesehatan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan para petugas kesehatan tentang bagaimana penggunaan kelambu dan insektisida yang baik agar para petugas dapat menyampaikan kepada masyarakat dengan baik.
• Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
• Memperluas cakupan dan kualitas pemberantasan malaria (Surveilans, pemberantasan vektor, dan pengobatan) termasuk rujukan penderita malaria berat.
• Penggalakan program pemberantasan sarang nyamuk (fogging dan program 3M Plus) terhadap masyarakat
• P2P (Program Pemberantasan Penyakit) :
Orang-orang didalam lingkup P2P mereka akan bertindak memberantas penyakit malaria dilihat dari vektor nyamuknya. Mengadakan Pelatihan petugas, Penemuan aktif penderita, Penatalaksanaan kasus dan pengobatan dan Pengendalian vector, antara lain :
- Penemuan penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood Survey (MBS) maupun pasif ( rutin puskesmas )
- Pembagian kelambu berinsektisida kepada masyarakat miskin, ibu hamil, bayi dan balita
- Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama pada tenaga kesehatan
- Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )
- Pos malaria desa
- Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obat-obatan (ACT)
• Sanitasi Lingkungan :
Orang-orang didalam lingkup sanitasi lingkungan akan membenahi sistem sanitasi di daerah yang bermasalah, contohnya daerah yang memiliki genangan air limbah domestik yang tidak tepat maka sanitarian berhak memikirkan masalah ini.
• Promosi Kesehatan :
Divisi ini berperan mempromosikan hidup sehat agar terhindar dari penyakit malaria. Contohnya mempromosikan bersih-bersih selokan atau parit, membabat tanaman-tanaman yang terlalau lebat (yang berpotensi sebagai habitat nyamuk Anopheles).
• Penyehatan lingkungan :
Menciptakan lingkungan fisik dan lingkungan social yang bersih, nyaman, aman, dan sehat melalui perbaikan lingkungan dan kesehatan lingkungan dan dilakukan melalui peningkatan cakupan air bersih, penyehatan perumahan dan tempat-tempat umum serta pengendalian lingkungan
• Penyakit dan Program Gizi :
Berperan dalam memberiakan KIE tentang kecukupan zat gizi agar penderita penyakit Malaria bisa sembuh dan bagaimana tindakan preventif dilihat dari sudut pandang gizi. Dengan adanya kerjasama yang baik, diharapkan program ini akan berjalan dengan lancar
2. Dinas Pendidikan
• Memberi instruksi kepada sekolah-sekolah untuk membantu pelaksanaan program pemberantasan dengan cara menjaga lingkungan sekolah dan rumah para siswa untuk mencegah malaria. Juga menjaga diri dari gigitan nyamuk selama kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan cara pemakaian lotion anti nyamuk.
• Pelatihan malaria bagi para guru penjaskes/ UKS Sekolah Dasar (2005) dan penyusunan muatan lokal malaria untuk SD
• Memberikan pendidikan kepada para pelajar tentang pencegahan penyakit menular seperti malaria. Hal ini karena pencegahan malaria dari setiap individu sangat dibutuhkan dalam pencegahan malaria
3. Puskesmas
• Melakukan sosialisasi dengan warga tentang Malaria.
• Memberikan penyuluhan langsung terhadap masyarakat yang bekerja sama dengan kader masyarakat.
4. Pemerintah Kota/Kabupaten
• Pemerintah daerah berperan dalam membuat kebijakan pada program pemberantasan penyakit malaria.
• Memberikan pendanaan dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria.
• Mensosialisasikan informasi malaria ke daerah-daerah serta menyediakan dana dalam mendukung program pemberantasan malaria
5. Dinas Perkebunan
• Membersihkan tempat yang berpotensi sebagai sarang nyamuk vektor malaria
• Melakukan pemantauan tanaman yang tumbuh di daerah perkebunan agar tidak terdapat tanaman liar yang dapat menjadi sarang nyamuk Anopheles,
• Penataan tanaman perkebunan (mengatur jarak tanam) dan membatasi jenis tanaman yang ada diperkebunan sehingga dapat mengurangi habitat nyamuk Anopheles.
6. BMKG
Berperan dalam memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan dan masyarakat untuk lebih waspada terhadap perubahan musim yang terjadi sehingga dapat lebih mewaspadai adanya ancaman penyakit malaria bagi mereka dan mereka dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan mengurangi atau menghindari faktor risiko terjadinya penyakit malaria.
7. Perangkat Desa dan Kader Kesehatan
• Mengerahkan masyarakat untuk berperan aktif dalam melaksanakan program yang dibuat oleh Dinas Kesehatan setempat.
• Memberikan pemahaman kepada ibu PKK tentang pencegahan malaria
• Bidan di desa, dapat mendekatkan pelayanan secara terintegrasi dalam pemeriksaan kehamilan, skrining terhadap malaria dan pengobatan di daerah terpencil dan endemis malaria. Karena itu bidan mempunyai peran sangat besar dalam pengendalian malaria terutama yang dialami ibu hamil
8. Dinas peternakan
Nyamuk vektor malaria banyak terdapat di tambak ikan yang tidak digunakan atau terabaikan. Dinas peternakan dapat berperan dalam melakukan kegiatan promosi mengenai habitat nyamuk vektor malaria atau dengan kata lain mengkomunikasikan dengan para pemilik tambak untuk membersihkan atau mengurus tambak ikan yang mereka punya.
9. Kantor kesehatan pelabuhan
Peranan Kantor kesehatan pelabuhan dalam penanganan malaria ini sangat dibutuhkan untuk mencegah penularan malaria antar daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan jika terdapat penumpang yang berasal dari daerah yang endemis malaria.
10. Dinas Pekerjaan Umum
Peran DPU khususnya Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan untuk turut menanggulangi malaria melalui kegiatan pengeringan genangan air dengan pembuatan saluran permanen maupun darurat sesuai tugas rutinnya.
11. Bagian Kesra Setda
Sebagai fasilitator rapat koordinasi lintas sektor penanggulangan malaria tingkat Pemda dan melakukan penyebaran informasi malaria melalui radio
12. Departemen Ketenagakerjaan
Mereka yang bekerja di malam hari mempunyai resiko yang lebih besar untuk terkena malaria dibandingkan para pekerja yang bekerja di waktu siang hari. Oleh karena itu peran departemen ketenagakerjaan dalam penanganan malaria sangat dibutuhkan. Peranan yang dapat dilakukan Departemen Ketenagakerjaan adalah memberikan peraturan tentang pengaturan jam kerja dan pemberian perlindungan kepada mereka yang bekerja di malam hari.
PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
1. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan.
2. Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin.
3. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam .
4. Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk.
5. Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita.
6. Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan , yaitu virus polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah Anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.
7. Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan , melalui hubungan seksual.
Peranan Stakeholder dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
1. Dinas Kesehatan
• Pelaksanan utama dari program PD3I melalui beberapa program antara lain:
- Program KIA
Program imunisasi termasuk program kerja KIA yang sudah memiliki ketentuan dan jadwal.
- Program promosi kesehatan
Didalam pelaksanaan imunisasi Program KIA membutuhkan bantuan orang-orang Promosi Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya imunisasi kepada masyarakat.
- Program pemberantasan penyakit
Polio merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam program pemberantasan penyakit . salah satu metode pemberantasan penyakit polio adalah dengan imunisasi., oleh karena itu Program pemberantasan penyakit membutuhkan KIA karena cakupan dari imunisasi polio adalah anak-anak.
- Posyandu
Posyandu sebagai pelaksana program kesehatan Ibu dan anak di masyarakat. Setiap desa memiliki kader posyandu yang berfungsi mensosialisasikan dan melaksanakan program KIA(imunisasi) di desa tersebut. masyarakat lebih mudah didekati oleh para kader dari desa mereka sendiri dari pada petugas kesehatan
• Melakukan advokasi ke pemerintah daerah sehingga pemda dapat membuat kebijakan mengenai program imunisasi tersebut
• Melakukan kegiatan promosi kesehatan yang meliputi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi
• Penyediaan tenaga kesehatan sarana prasarana untuk imunisasi dan peningkatan program imunisasi di seluruh wilayah kecamatan. Agar dinas kesehatan dapat melakukan tugas tersebut maka dilaksanakan surveilans untuk mengetahui perkembangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
2. Puskesmas
• Membuat program pengontrolan pemberian imunisasi pada masyarakat
• Sebagai penyedia fasilitas pelaksanaan imunisasi dan pelaksana (tenaga kesehatan puskesmas)
• Puskesmas melakukan penyuluhan mengenai PD3I kepada masyarakat
• Puskesmas memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kader kesehatan mengenai PD3I dan pelaksanaan posyandu
3. Pemerintah Kota/Kabupaten
• Memberikan tempat dan alokasi dana untuk pelaksanaan imunisasi dan menyebarluaskan informasi di tingkat daerah masing-masing melalui media massa kepada publik.
• Membuat iklan layanan masyarakat mengenai imunisasi PD3I dan menginformasikan kepada masyarakat.
• Pemerintah Daerah membuat kebijakan mengenai program imunisasi sehingga masyarakat mau melakukan imunisasi
4. Dinas Pendidikan
• Dinas Pendidikan berperan dalam kebijakan tentang imunisasi. Dinas Pendidikan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan yaitu puskesmas untuk melaksanakan program imunisasi, melaksanakan BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah) , hal ini dilakukan karena sasaran dari imunisasi adalah merupakan anak usia sekolah dan dilaksanakan di sekolah
• Dinas pendidikan dapat memasukkan mengenai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dalam kurikulum belajar, sehingga para siswa lebih mengetahui mengenai penyakit tersebut. Dengan hal tersebut diharapkan para siswa akan membagi pengetahuannya terutama kepada ibu mereka untuk melakukan imunisasi.
5. Kelurahan
• Kelurahan berperan dalam pengadaan posyandu yang di dalamnya terdapat kegiatan imunisasi. Kelurahan bekerjasama dengan RW dan RT setempat untuk mengadakan program posyandu.
• Menyediakan fasilitas (tempat pelaksana posyandu, polides)
6. Kader kesehatan
• Kader kesehatan sebagai stakeholder nonformal melakukan upaya penyuluhan, pengenalan dan promosi kegiatan imunisasi, sehingga diharapkan masyarakat mengetahui tentang pentingnya kegiatan imunisasi tersebut.
• Kader kesehatan memiliki peranan penting dalam masalah PD3I, karena mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat khususnya para ibu. Mereka diharapkan memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang pentingnya imunisasi untuk anak-anak mereka
7. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Departemen Agama menetapkan bahwa calon pengantin wanita telah diberi imunisasi TT. Hal ini telah dimasukkan dalam Peraturan Daerah tentang pemeriksaan calon pengantin.
8. Departemen Pemberdayaan Perempuan
Melalui dinas terkait di bawahnya memberikan informasi kepada wanita terutama ibu-ibu tentang pentingnya imunisasi terutama pada bayi untuk kesehatan sang bayi agar terhindar dari beberapa penyakit sepereti polio, campak,dipteri.
9. PKK
Sasaran imunisasi mayoritas merupakan bayi dan anak usia sekolah dimana ibu memiliki peranan penting dalam menyukseskan imunisasi tersebut, pengetahuan ibu tentang imunisasi dapat empengaruhi kesediaan ibu untuk mengimunisasikan anaknya. Peran ibu –ibu PKK adalah untuk memberikan pemahaman kepada warganya (ibu-ibu) tentang imunisasi. Namun sebelumnya inbu- ibu PKK terlebih dahulu diberi pengetahuan mengenai imunisasi dari puskesmas atau petugas kesehatan
10. DEPKOMINFO
DEPKOMINFO berperan dalam menyebarkan informasi mengenai imuniasasi melalui media cetak maupun elektronik berupa iklan,gambar ataupun poster. Dengan informasi tersebut masyarakat akan mengetahui penting imunisasi, bagaimana cara memperoleh pelayanana imunisasi, dan kapan saja imunisasi harus diberikan.

Rabu, 03 November 2010

10 Tips Bebas Stress

1. Minum secangkir teh hangat


2. Berolah raga minimal 30 menit


3. Membagi tugas dalam beberapa sesi sehingga mudah dikerjakan


4. Kerjakan sesuatu yang berarti untuk komunitas anda


5. Buatlah diri anda serta orang lain menjadi lebih baik


6. Carilah yang terpenting dalam hidup anda


7. Melakukan minimal 1 kebaikan setiap hari


8. Rencanakan kegiatan yang menyenangkan bersama-sama teman dan keluarga


9. Belajar relaksasi, meditasi atau berdzikir


10.Bergabung aktif dalam 1 kelompok olah raga yang kamu sukai

Jenis-jenis penelitian :


Jenis-jenis penelitian :
1.      Kohort
·         Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi, yang dimuali dengan sekelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam sub kelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit atau outcome. Penelitian kohor memberikan informasi terbaik tentang penyebab penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya penyakit. Jadi ciri umum penelitian kohor adalah:
a.       dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan
b.      melakukan pencatatan terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.
c.       dimungkinkan penghitungan laju insidensi (ID) dan masing-masing kelompok studi.
d.      peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan.
·         Oleh karena penelitian kohor diikuti dalam suatu periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti mau mengadakan penelitian.
·         Rancangan penelitian kohor prospektif, jika paparan sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya. Rancangan kohor retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian prospektif historik.
·         Kelebihan penelitian jenis kohor adalah:
a.       adanya kesesuaian dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor “penyebab” yang diikuti dengan akibat.
b.      peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan pada studi kasus kontri, sehingga raju insidensi (IDR).
c.       sesuai untuk meneliti paparan yang langka.
d.      memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek secara serentak dan sebuah paparan.
e.       bias yang terjadi kecil
f.       tidak ada subyek yang sengaja dirugikan.
·         Kelemahan penelitian kohor adalah:
a.       membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang mahal.
b.      membutuhkan ketersediaan data sekunder yang cukup mendukung.
c.       Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka. : hilangnya subyek amatan selama masa penelitian.
d.      tidak cocok menentukan merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi lainnya untuk penyakit amatan.
·         Contoh :
Hubungan antara kebiasaan mandi di kali dengan bakteriuria pada anak 5-10 tahun

2.      Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian)
·         Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit~ Oleh karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau
periode tertentu.
·         Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuesioner.
·         Kelebihan penelitian lintas-bagian adalah:
a.       mudah untuk dilakukan
b.      murah dan tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko)
c.       tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat.
·         Kelemahan penelitian lintas-bagian adalah:
memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
·         Contoh :
a.       Prevalensi dan insiden penyakit gondok endemik di daerah A dan daerah B dan faktor-faktor yang berhubungan
b.      Efektifitas obat semprot hama terhadap lama penyemprotan dan angka kematian hama yang disemprot

3.      Penelitian Kasus Kontrol (case control)
·         Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
·         Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.
·         Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.
·         Kelebihan penelitian kasus control adalah :
a.       Studi kasus kontrol dapat atau kadang bahkan merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang
b.      Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c.       Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
d.      Biaya yang diperlukan relatif sedikit
e.       Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor risiko sekaligus  
·         Kelemahan penelitian kasus control adalah :
a.       Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
b.      Tidak dapat membedakan incidence rates
c.       Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek
·         Contoh :
Hubungan antara penyakit AIDS pada pria dengan homoseksualitas.